Selamat Datang

Terima Kasih Sudah Mengunjungi Arien ^.^

Kamis, 03 April 2014

waktu....

Waktu, ya waktu...
Andai bisa memutar waktu, banyak hal yang ingin saya kerjakan dulu, mulai dari kuliah hingga percintaan.
Namun, apalah daya waktu tak dapat diputar kembali walau hanya sedetik. Belajarlah menghargai waktu dan berkomunikasi dengan baik. Apapun suasana hatimu maka berkomunikasilah  dengan baik.
4 bulan itu mungkin akan terasa lama bila ditunggu, tapi itulah yang sedang saya lakukan. Mengunggu nasib, menunggu kisah yang akan selanjutnya terjadi. Padahal baru kemarin rasanya membicarakan hal-hal yang akan kita lakukan bersama. Berlibur ke beberapa pulau, jalan-jalan ke Bandung, puasa bersama. Tapi rasanya rencana itu hilang dalam hitungan jam. Ya... ternyata harus disadari, manusia bisa berencana baik, namun Tuhan punya rencana yang lebih baik dan lebih indah. Entahlah... mungkin semua itu memang kesalahan saya, semua terjadi begitu cepat. Saya melakukan kesalahan yang cukup fatal, tapi saya yakin jauh dalam lubuk hatinya dia masih menyayangiku. Disetiap sujud dalam doa ku, namanya selalu ku sebut, berdoa dan berharap dia kan mejadi jodoh ku kelak.
Doa dalam sujudku :: "Ya.. Rabb, Jika Engkau menghendaki kami untuk berjodoh maka dekatkanlah dan permudahlah jalan kami menuju sebuah pernikahan. Namun, jika Engkau tidak menghendakinya maka  kuburlah semua rasa ini, dan gantilah dia dengan seseorang yang baik dan bisa menerima keadaanku apa adanya. Aminnn"

Rasanya setiap kali dia marah, jantung ini ingin berhenti berdetak. Buat apa hidup, bila tidak bersamanya? Namun, saya sadar itu bukan jalan yang baik. Semua yang sudah terjadi itu sudah Tuhan tuliskan pada masing-masing buku kisah umatNya.

4 tahun 7 bulan bukan waktu yang singkat untuk saling memahami dan mengenal satu sama lain, terkadang saya pun tidak mengenal sosok dia, yang saya tahu dia yang amat teramat saya sayang, dan dia menyayangiku. Disetiap masalah yang terjadi selalu ada hikmahnya, selalu ada ilmu yang bisa diambil. Mungkin tidak semua wanita seperti saya yang tahan atas cacian dengan bahasa kasar dan segudang binatang yang dilontarkan, tapi saya yakin itu hanya emosi yang sesaat.,  dan terkadang saat dia penat dan letih, kesel sama tim kerjanya semua hanya bisa diluapkan kepadaku. tapi dengan demikian saya memahaminya. Secentil-centilnya dia, dia tetap tau batasannya, itu yang penting. Apapun yang dia kerjakan selalu dia ceritakan, sekalipun dia jalan dengan berbagai jenis wanita. Saya tidak marah, karena saya tahu yang ada dalam hatinya cuma saya dan mamanya.

Namun kini berbeda, karena kesalahan yang tanpa saya sadari telah melukainya, beribu maaf sudah diucapkan namun dia berkata "buat apa maaf, bila esok melakukan kesalahan yang sama"
sedih rasanya ditinggalkan orang yang amat disayang, namun jika memang ini yang terbaik untuknya saya berusaha tegar dan ikhlas. Saya yakin suatu saat dia akan kembali memelukku dan berkata "Luph you my sweetheart"