Selamat Datang

Terima Kasih Sudah Mengunjungi Arien ^.^

Rabu, 17 September 2014

Shana Suratman

Sebulan sudah Momo (motor) dirawat di rumah sakit kesayangannya (bengkel). Tapi apa nyatanya? belum ada perubahan yg signifikan. Pada akhirnya menimbulkan konfilk pada keluarga kecil itu. Ayah, sekeras apapun ayah mendidik anaknya, tetap tidak melupakan kasih sayangnya. Percayalah, Ayah dan Ibu tidak akan membiarkan anaknya tersakiti walau tertusuk duri.
Saya tak akan menyalahkan siapa pun, ini sebuah cobaan yang harus dilewati berdua. Di mana sepasang kekasih dicoba dengan kesetiaannya. Shana sedang diuji dengan sikap keras sang Ayah, tak diizinkan pulang karena Momo masih di rumah sakit. Tapi, tak dapat dipungkiri bahwa rindu rumah itu ada.
Seminggu tak tidur di rumah, tidak bertemu dan makan masakan sang Ibu, pulang kerja tidur di warnet, bahkan luntang-lantung seperti orang tak punya tempat tinggal. Baju tak ganti, muka kucel, stress. Sedih, hati kecil ini selalu meneteskan air mata di setiap sujudnya. Berdoa agar hubungan Ayah dan anak itu cepat selesai.
Ketika sang Ibu menyuruh anaknya pulang, berati ibu tak bisa lagi memendam rasa rindu dan khawatir pada anak. Shana akan pulang jika Momo sudah selesai. Shana dan Ayahnya sama-sama keras, namun kekerasan sang Ayah bermaksud untuk mendidiknya menjadi manusia yg kuat dan tangguh dalam menjalani hidup. Dalam hal ini membuat kita berpikir ulang, bahwa hidup itu penuh perjuangan dan tanggung jawab. Membuat kita bisa lebih bersabar, saling menguatkan satu sama lain, mengetahui teman yg care atau tidak. Bisa bertindak tegas dalam mengambil keputusan, dan belajar mendidik anak untuk masa depan.
Semua cobaan ini harus bisa membuat kita menjadi lebih dewasa, sigap dalam bertindak, mengubah pola hidup ke arah yg baik untuk kita dan keluarga.

Semangat Kangchay, Arin akan selalu ada di samping kamu. Apapun yg terjadi jika diizinkan-Nya Arin akan selalu menjaga dan memberikan yg terbaik untuk kamu dan kita.

Bogor, 17 September 2014

Rabu, 10 September 2014

jenuh

Bissmilah...
Sebuah hubungan pasti akan melewati masa jenuh. Perkawinan, pacaran, bahkan pertemanan sekali pun aka melewati titik jenuh. Namu, masing-masing individu punya cara yg berbeda dalam menyikapinya. Seandainya ia lulus dalam fase itu berarti dia mempunyai cinta yg tulus. Namun, dikala ia kalah memutuskan hubungan itu berarti ia masih menggunakan logika. Ketika kejenuhan datang rasanya ingin bermain sepuas hati. Melupakan semua pekerjaan yg ada.
Untuk bertemu pun rasanya tidak mau, yg pada akhirnya akan menimbulkan sebuah kebohongan. Apabila diawali dengan kebohongan, pada akhirnya akan menjadi duri tajam. Sakit bila harus dicabut, apalagi secara perlahan.

Senin, 08 September 2014

Farhan

Satu lagi kisah yang amat memalukan dan pilu. Saya kira tentang ibu tiri yang sayang kepada ayah hanya ada di lagu. Namun, dalam kehidupan nyata pun seperti itu.
Kisah tentang salah satu murid ku yang pilu, malu untuk diceritakan tapi inilah kehidupan agar kita bisa lebih bersyukur tentang apa yang kita punya.
Suatu hari ketika saya mulai masuk kelas, saya ingin membuat kontrak perjanjian pelajaran untuk satu tahun ke depan karena tuntutan kurikulum 2013. Namun, karena siswa tidak bisa diatur akhirnya saya hkum mereka semua di lapangan. Setelah bel berakhir, saya pulang melewati Taman Topi (Taman Ade Irma Suryani) sekitar pukul 18.00. Saya bertemu salah seorang murid saya yang tadi dihukum.
"Kamu ngapain?" sapa ku
"Ngamen bu, tuh sama si Farhan" jawabnya sambil malu-malu
pada saat itu saya tercengang, karena saya tidak pernah memberikan uang kepada pengaman, dan sekarang murid saya pun ngamen.
Keesokan harinya saya panggil Farhan dan bicara 4 mata dengannya.
"Farhan... kemaren ke mana?" tanya ku perlahan
"Kemaren saya main bu, kenapa gitu?" tanyanya
"Jangan bohong, Ibu tahu kemarin kamu ngamen. Kenapa?" tanya ku penasaran.
Akhirnya Farhan menceritakan kisah hidupnya, ternyata ia ngamen untuk makan. Karena faktor keluarga, Ayahnya bercerai dengan ibunya dan menikah lagi. Sekarang Farhan tinggal bersama ibu tiri dan ayahnya. Namun, apa yang terjadi? Ibunya memperlakukan Farhan tidak seperti anak kandungnya. Memaki, memukul, hingga akhirnya mengusir dari rumahnya.
"Emang Ibunya suka marah? gimana marahnya?" tanyaku
"Ibu marahnya pake bahasa kasar, kadang binatang pun ia katakan. Udah beberapa bulan Farhan ga pulang, pulang pun hanya untuk ganti baju lalu berangkat lagi" jelasnya
Setiap hari dia ngamen dari pukul 18.00 - 20.30 penghasilannya 30.000-40.000. Uangnya digunakan untuk makan sehari-hari karena dia tidak pernah makan di rumah.
Di pagi buta dia mengumpulkan barang bekas. Lalu pulang ganti baju seragam dan bersekolah, setelah pulang sekolah ia ganti baju dan mengamen. Tidur pun ia di tempat pengumpul barang bekas. Tak ada waktu belajar, ia hanya belajar di sekolah.
Saya berusaha membimbing dan memberikan motovasi agar tetap bersekolah.
"Oke, Farhan boleh ngamen, tapi tetap harus sekolah. Uang yang Farhan dapatkan sisanya ditabung untuk Ujian Nasional dan Kelulusan. Farhan harus buktikan ke Ibu tiri Farhan bahwa Farhan bisa mandiri dan mampu tanpa adanya dia. Dan yang paling penting jangan mencuri, meroko, apalagi narkoba, tetap sholat dan berdoa. Farhan juga harus nurut sama Ibu Arin, karena Bu Arin sayang Farhan. Kalau Farhan ga nurut sama Ibu tiri, setidaknya Farhan nurut sama Ibu Arin. oke?" Tegas ku.
Farhan hanya tertunduk malu, entah apa yang ada dalam hati dan pikirannya.

Selang seminggu dari percakapan ku waktu itu, saya ke sekolah lagi dan ternyata Farhan sudah seminggu tidak sekolah. Surat panggilan pun sudah antarkan tapi nyatanya tidak ada respon dari orang tuanya.
menurut teman-temannya bahwa Farhan sudah tidak tinggal di rumah itu. Karena ia diusir oleh ibu tirinya, semua baju seragam dan yang lainnya dibuang begitu saja. Ayah Farhan begitu sibuk berjualan siang dan malam sehingga ia tak tau perlakuan istrinya kepada Farhan. Pernah suatu hari ia ke sekolah dengan pakaian yang kotor dan lusuh. Mengintip dari jauh KBM hari itu,Farhan masih ingin sekolah, tapi orang tuanya tidak peduli akan pendidikan anaknya. Sebelum kejadian ini terungkap, beberapa bulan yang lalu saya pernah melihat dia mengumpulkan barang bekas (mulung) tapi dia hanya tersenyum dari jauh. Mungkin di dalam hatinya dia malu, sedih tapi inilah kenyataan yang harus dia hadapi.
Pilu rasanya mendengar dan menulis kisah ini. Tapi ini kenyataan, membuat kita lebih bersyukur. Bahwa diluar sana masih banyak anak yang ingin bersekolah.
Sebagai orang tua pun mau tiri atau kandung seharusnya bisa lebih bijak untuk membimbing anak-anaknya. Jangan seperti lagu "Ibu tiri, hanya cinta kepada ayahku saja"