Selamat Datang

Terima Kasih Sudah Mengunjungi Arien ^.^

Senin, 08 September 2014

Farhan

Satu lagi kisah yang amat memalukan dan pilu. Saya kira tentang ibu tiri yang sayang kepada ayah hanya ada di lagu. Namun, dalam kehidupan nyata pun seperti itu.
Kisah tentang salah satu murid ku yang pilu, malu untuk diceritakan tapi inilah kehidupan agar kita bisa lebih bersyukur tentang apa yang kita punya.
Suatu hari ketika saya mulai masuk kelas, saya ingin membuat kontrak perjanjian pelajaran untuk satu tahun ke depan karena tuntutan kurikulum 2013. Namun, karena siswa tidak bisa diatur akhirnya saya hkum mereka semua di lapangan. Setelah bel berakhir, saya pulang melewati Taman Topi (Taman Ade Irma Suryani) sekitar pukul 18.00. Saya bertemu salah seorang murid saya yang tadi dihukum.
"Kamu ngapain?" sapa ku
"Ngamen bu, tuh sama si Farhan" jawabnya sambil malu-malu
pada saat itu saya tercengang, karena saya tidak pernah memberikan uang kepada pengaman, dan sekarang murid saya pun ngamen.
Keesokan harinya saya panggil Farhan dan bicara 4 mata dengannya.
"Farhan... kemaren ke mana?" tanya ku perlahan
"Kemaren saya main bu, kenapa gitu?" tanyanya
"Jangan bohong, Ibu tahu kemarin kamu ngamen. Kenapa?" tanya ku penasaran.
Akhirnya Farhan menceritakan kisah hidupnya, ternyata ia ngamen untuk makan. Karena faktor keluarga, Ayahnya bercerai dengan ibunya dan menikah lagi. Sekarang Farhan tinggal bersama ibu tiri dan ayahnya. Namun, apa yang terjadi? Ibunya memperlakukan Farhan tidak seperti anak kandungnya. Memaki, memukul, hingga akhirnya mengusir dari rumahnya.
"Emang Ibunya suka marah? gimana marahnya?" tanyaku
"Ibu marahnya pake bahasa kasar, kadang binatang pun ia katakan. Udah beberapa bulan Farhan ga pulang, pulang pun hanya untuk ganti baju lalu berangkat lagi" jelasnya
Setiap hari dia ngamen dari pukul 18.00 - 20.30 penghasilannya 30.000-40.000. Uangnya digunakan untuk makan sehari-hari karena dia tidak pernah makan di rumah.
Di pagi buta dia mengumpulkan barang bekas. Lalu pulang ganti baju seragam dan bersekolah, setelah pulang sekolah ia ganti baju dan mengamen. Tidur pun ia di tempat pengumpul barang bekas. Tak ada waktu belajar, ia hanya belajar di sekolah.
Saya berusaha membimbing dan memberikan motovasi agar tetap bersekolah.
"Oke, Farhan boleh ngamen, tapi tetap harus sekolah. Uang yang Farhan dapatkan sisanya ditabung untuk Ujian Nasional dan Kelulusan. Farhan harus buktikan ke Ibu tiri Farhan bahwa Farhan bisa mandiri dan mampu tanpa adanya dia. Dan yang paling penting jangan mencuri, meroko, apalagi narkoba, tetap sholat dan berdoa. Farhan juga harus nurut sama Ibu Arin, karena Bu Arin sayang Farhan. Kalau Farhan ga nurut sama Ibu tiri, setidaknya Farhan nurut sama Ibu Arin. oke?" Tegas ku.
Farhan hanya tertunduk malu, entah apa yang ada dalam hati dan pikirannya.

Selang seminggu dari percakapan ku waktu itu, saya ke sekolah lagi dan ternyata Farhan sudah seminggu tidak sekolah. Surat panggilan pun sudah antarkan tapi nyatanya tidak ada respon dari orang tuanya.
menurut teman-temannya bahwa Farhan sudah tidak tinggal di rumah itu. Karena ia diusir oleh ibu tirinya, semua baju seragam dan yang lainnya dibuang begitu saja. Ayah Farhan begitu sibuk berjualan siang dan malam sehingga ia tak tau perlakuan istrinya kepada Farhan. Pernah suatu hari ia ke sekolah dengan pakaian yang kotor dan lusuh. Mengintip dari jauh KBM hari itu,Farhan masih ingin sekolah, tapi orang tuanya tidak peduli akan pendidikan anaknya. Sebelum kejadian ini terungkap, beberapa bulan yang lalu saya pernah melihat dia mengumpulkan barang bekas (mulung) tapi dia hanya tersenyum dari jauh. Mungkin di dalam hatinya dia malu, sedih tapi inilah kenyataan yang harus dia hadapi.
Pilu rasanya mendengar dan menulis kisah ini. Tapi ini kenyataan, membuat kita lebih bersyukur. Bahwa diluar sana masih banyak anak yang ingin bersekolah.
Sebagai orang tua pun mau tiri atau kandung seharusnya bisa lebih bijak untuk membimbing anak-anaknya. Jangan seperti lagu "Ibu tiri, hanya cinta kepada ayahku saja"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar